Amerika Serikat –Masa lalu Arlandi Hinton begitu kelam. Pemuda Afro-Amerika ini sempat menjadi
anggota geng narkoba di Amerika Serikat.Nasibnya sedikit lebih baik, ketika
ditemukan rapper legendaris E Eazy yang menjadi mentornya tersebut. Ia kemudian
disulap menjadi rapper dengan nama panggung BG Knocc Out.Cerita indah itu segera buyar ketika
mentornya tewas terbunuh pada 1995. Ia pun dipenjara atas tuduhan terlibat
pembunuhan pada 1998.
Selama di penjara, ia menemukan Islam,
dan memutuskan menjadi Muslim pada 2009. Setelah mengucapkan dua kalimat
syahadat, ia ubah namanya menjadi Hasan bin Hinton.Ia mendekam di penjara selama sepuluh tahun.
“Masuk penjara memberikan perubahan besar bagi saya. Jujur, saya belum pernah
masuk penjara. Saya tidak tahu, apa yang bisa saya harapkan dari penjara. Jadi,
saya benar-benar tidak memiliki harapan apapun,” ujarnya bercerita kisahnya
menerima Islam, seperti dinukil Arabnews.com.“Tapi saya mencoba melahirkan harapan
itu, dengan mulai membaca. Satu tahun, setelah saya banyak berdiskusi dengan
tahanan Muslim, saya muilai pelajari Islam dan mengucapkan syahadat.”Hinton mengaku menyelesaikan hukuman
penjara membuat ia harus berubah. “Itulah awal dari transformasi dari hidup
saya. Saya pikir, saya akan tewas di sana. Tapi Allah punya rencana lain. Saya
tengah menikmati perubahan itu, jujur saya sulit menggambarkan seperti apa
perubahan itu. Namun, saya pasti berubah, insya Allah,” tegasnya. Arlandi Hinton atau Hasan bin Hinton
adalah salah satu musisi Amerika Serikat yang mendapat hidayah, hingga akhirnya
memeluk Islam. Ia mengaku begitu percaya akan ayat-ayat
Alquran. Ia berpendapat jika Allah SWT adalah perencana yang baik, seperti yang
dikatakan dalam kitab suci umat Islam tersebut.
“Saya pikir, begitu banyak orang tumbuh
dan besar dalam lingkungan Kristen, namun tidak pernah mendapatkan keuntungan
apapun. Islam itu sangat jelas, Anda diajak untuk berpikir tentang diri Anda
sendiri, tentang Allah SWT, satu hal yang tidak disadari agama lain,” katanya
seperti disadur dari Arabnews.com.
“Ketika orang menyadari hal itu, insya
Allah, sangat mudah untuk menerima Islam sebagai jalan hidup,” sambungnya
ketika ditanya banyaknya musisi menjadi Muslim.
Pada tanggal 1 Juni
2009 yang lalu, berkisar empat tahun yang lalu , seorang lelaki telah menggemparkan Amerika. Pada hari itulah, Abdul Hakeem Mujahid Muhammad, seorang
mualaf yang baru masuk Islam, melepaskan tembakan kepada dua orang tentara
Amerika yang tengah berada di luar kantor penerimaan tentara di Little Rock,
Arkansas. Itu adalah serangan Jihadi pertama yang penuh berkah semenjak 11
September 2001.Kegemparan dan ketakutan serta perhatian
serius Pemerintah Amerika, demikian juga segenap rakyat Amerika menunjukkan
betapa berpengaruhnya dampak serangan tersebut. Amerika, selama beberapa tahun
(semenjak 11 September 2001), relatif dalam keadaan aman. Mereka percaya,
sebagaimana mereka melihat keterlibatan negara mereka dalam berbagai perang,
bahwa konflik hanya akan terjadi di luar negeri. Abdul Hakeem Mujahid Muhammad
menghancurkan perasaan aman tersebut dan menghujamkan rasa takut dan
kekhawatiran kepada musuh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Amerika.
Tetapi sesungguhnya yang membuat dampak yang sedemikian besar itu bukanlah apa
yang Beliau lakukan terhadap sang kuffar, tetapi alasan yang
melatarbelakanginya melakukan aksi penuh berkah itu.Mencoba memahami motif apa yang telah menuntunnya akan memberikan pelajaran
berharga bagi Ummah, satu pelajaran yang tak mungkin dapat diabaikan.Abdul Hakeem Mujahid Muhammad awalnya
pernah ditahan di Yaman setelah ia pergi ke sana untuk tugas belajar. Ia
dilaporkan ke pihak keamanan Yaman karena memakai paspor palsu Somalia. Di
sanalah taqdir ternyata mempertemukan Abdul Hakeem Mujahid Muhammad dengan
lingkar-lingkar studi keislaman, di mana ia kemudian banyak belajar tentang
dasar-dasar Islam dan Jihad di Jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
atau seperti yang secara ‘cerdik’ dipropagandakan media, ia mengalami ‘radikalisasi’
pemikiran. Pada titik tersebut juga Abdul Hakeem Mujahid Muhammad mulai berada
di bawah pengawasan dan penyelidikan Kesatuan Khusus Anti Teror FBI. Ia
kemudian kembali ke Amerika, masih di dalam pengawasan ketat FBI. Tidak lama
setelah kembalinya ke Amerika, ia mengalami berbagai peristiwa yang ia
gambarkan sebagai “situasi yang penuh gejolak” dalam
kehidupannya. Itulah saat-saat ketika Allah Rabbul Alamin mengukuhkan
imannya dan memenuhi hatinya dengan izzah, hingga ia memiliki
keberanian luar biasa untuk melaksanakan aksi penembakan dua tentara Amerika,
membuat salah seorang terbunuh, dan seorang lagi terluka parah. Ia kemudian
segera ditangkap.“Menurutku ini bukanlah pembunuhan.
Pembunuhan adalah jika engkau menghilangkan nyawa seseorang tanpa alasan yang
dapat dibenarkan. Apa yang aku lakukan memiliki alasan yang kuat berdasarkan
pandangan Islam dan juga berdasarkan sisi kemanusiaan. Kalian semua tahu,
angkatan bersenjata Amerika bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan ummat
Islam tak berdosa, pria, wanita, anak-anak…. Dan kami meyakini bahwa semua itu
harus dibalas. Kami tidak meyakini jika seseorang menampar pipi kirimu maka
engkau harus beri pipi kananmu. Kami meyakini darah dengan darah, mata dengan
mata… Aku tegaskan kembali, ini bukanlah karena masalah pribadi, karena aku
tidak mengenal mereka (dua tentara itu) secara pribadi. Ya benar, ini adalah
penyerangan, pembalasan. Dan saya meyakini, serangan yang lain, bukan dari aku
atau orang-orang yang aku kenal, tetapi tepatnya oleh Kaum Muslim di negeri ini
dan di tempat yang lain, akan diarahkan kepada Amerika atas apa yang Amerika
lakukan terhadap dunia Islam”.
Pernyataan ini sendiri menggentarkan
banyak orang melebihi aksi serangan yang ia lakukan. Keterbukaan dan kejujuran
dari pernyataannya ini memberikan kepada Ummah satu pelajaran berharga,
pelajaran yang telah lama dilupakan. Kenyataan saat ini, banyak ‘muslim’
memandang bahwa tentara Amerika, juga tentara negeri lainnya, adalah pribadi-pribadi
malang yang terjebak dalam sistem yang memaksa mereka, dan mereka tidak dapat
keluar. Berdasarkan pandangan tersebut, mereka mempropagandakan ide agar kita
bersikap penuh welas asih,lemah lembut, dan penuh pengertian terhadap posisi
dari para prajurit tersebut. Bahwa mendukung tentara Amerika bukan berarti
mendukung kelakuan mereka, tetapi mendukung mereka sebagai pribadi manusia.
Pandangan serta propaganda seperti ini tidaklah bernilai apa-apa kecuali
sebagai sebuah tipuan setan. Amerika, dan hampir semua negeri-negeri
barat/eropa, bukanlah negeri yang tengah benar-benar membutuhkan kampanye wajib
militer atas warga negaranya. Artinya negara tidak membutuhkan Anda untuk ikut
program wajib militer selama beberapa tahun dalam dinas ketentaraan. Jadi
sebenarnya sang tentara itu sendiri yang dengan kemauan sendiri menandatangani
kontrak kerja dengan militer dan ‘menjual jiwanya’ untuk menjadi budak negara
Amerika Serikat. Mereka memahami seluruh kondisinya ketika mereka membuat
pilihan masuk dalam kemiliteran itu, dan mereka melakukannya atas kehendak
sendiri, secara sadar, tanpa paksaan.Maka menjadi jelas kedudukannya, bahkan
bagi orang bodoh sekalipun, bahwa para tentara ini bukanlah jiwa-jiwa malang
yang layak dikasihani, tetapi mereka ini adalah sekelompok orang yang
digambarkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala lewat lisan nabiNya Shallallahu
‘Alaihi Wasallam:
“Barangsiapa yang memusuhi para waliKu, maka Aku menyatakan peperangan
terhadap mereka…”(HR Bukhari, Hadits Qudsi).
Abdul Hakeem Mujahid Muhammad telah
mengajarkan kepada kita, bahwa bangsa-bangsa yang telah melancarkan permusuhan
terhadap para wali Allah, pada Mujahidin, pada Ummat Islam, maka militer dan
tentara mereka secara otomatis menjadi bagian tak terpisahkan dari permusuhan
itu. Apa yang telah dilakukan oleh Abdul Hakeem Mujahid Muhammad seakan
memaparkan kembali kepada kita semua satu kenyataan pahit hari ini, bahwa kita
tidak sedang hidup dalam masa keemasan Khilafah Islam yang agung, tetapi kita
tengah hidup pada masa fitnah, penindasan, penghinaan, dan kebengisan musuh. Kata-kata Abdul Hakeem Mujahid Muhammad seakan menggema menembus waktu dan
terpatri kukuh dalam perjalanan sejarah, “…Kalian semua tahu, angkatan
bersenjata Amerika bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan ummat Islam tak
berdosa, pria, wanita, anak-anak…. Dan kami meyakini bahwa semua itu harus
dibalas….”
Bukankah pembunuhan orang-orang tak
berdosa Ummat kita ini adalah fitnah? Bukankah hari ini adalah hari-hari kelam
bencana penindasan? Tidakkah jaman kita ini adalah jaman kekuasaan jabbarin
anid, musuh yang bengis dan tak mengenal belas kasih? Tidakkah jaman kita
ini jaman Jihad, di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuka
kesempatan bagi semua Muslim untuk terjun dan menyambut seruannya?
Diriwayatkan oleh Shahabat Abu Hurairah Radiyallahu
‘Anhu, Rasulullah Subhanahu Wa Ta’alabersabda:
“Seorang muslim tidak akan dikumpulkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersama dengan orang kafir yang dibunuhnya di Neraka” (Shahih Muslim)
“Seorang muslim tidak akan dikumpulkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersama dengan orang kafir yang dibunuhnya di Neraka” (Shahih Muslim)
Dari penegasan hadits ini, jika seorang
Muslim membunuh seorang kafir dengan niat karena AllahSubhanahu Wa Ta’ala,
maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala tak akan memperhinakan sang
muslim tersebut dengan menyatukannya bersama orang kafir yang dibunuhnya.
Dengan arti lain, seorang muslim yang membunuh seorang kafir fi
sabilillah sekali-sekali tidak akan dicampakkan AllahSubhanahu Wa
Ta’ala ke dalam Neraka, tetapi akan dimasukanNya ke dalam Surga.