Pages

kisah para yahudi amerika yang masuk islam ( Mualllaf Internasional)

Friday, February 27, 2015


Amerika Serikat –Masa lalu Arlandi Hinton begitu kelam. Pemuda Afro-Amerika ini sempat menjadi anggota geng narkoba di Amerika Serikat.Nasibnya sedikit lebih baik, ketika ditemukan rapper legendaris E Eazy yang menjadi mentornya tersebut. Ia kemudian disulap menjadi rapper dengan nama panggung BG Knocc Out.Cerita indah itu segera buyar ketika  mentornya tewas terbunuh pada 1995. Ia pun dipenjara atas tuduhan terlibat pembunuhan pada 1998.
Selama di penjara, ia menemukan Islam, dan memutuskan menjadi Muslim pada 2009. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, ia ubah namanya menjadi Hasan bin Hinton.Ia mendekam di penjara selama sepuluh tahun. “Masuk penjara memberikan perubahan besar bagi saya. Jujur, saya belum pernah masuk penjara. Saya tidak tahu, apa yang bisa saya harapkan dari penjara. Jadi, saya benar-benar tidak memiliki harapan apapun,” ujarnya bercerita kisahnya menerima Islam, seperti dinukil Arabnews.com.“Tapi saya mencoba melahirkan harapan itu, dengan mulai membaca. Satu tahun, setelah saya banyak berdiskusi dengan tahanan Muslim, saya muilai pelajari Islam dan mengucapkan syahadat.”Hinton mengaku menyelesaikan hukuman penjara membuat ia harus berubah. “Itulah awal dari transformasi dari hidup saya. Saya pikir, saya akan tewas di sana. Tapi Allah punya rencana lain. Saya tengah menikmati perubahan itu, jujur saya sulit menggambarkan seperti apa perubahan itu. Namun, saya pasti berubah, insya Allah,” tegasnya. Arlandi Hinton atau Hasan bin Hinton adalah salah satu musisi Amerika Serikat yang mendapat hidayah, hingga akhirnya memeluk Islam. Ia mengaku begitu percaya akan ayat-ayat Alquran. Ia berpendapat jika Allah SWT adalah perencana yang baik, seperti yang dikatakan dalam kitab suci umat Islam tersebut.
“Saya pikir, begitu banyak orang tumbuh dan besar dalam lingkungan Kristen, namun tidak pernah mendapatkan keuntungan apapun. Islam itu sangat jelas, Anda diajak untuk berpikir tentang diri Anda sendiri, tentang Allah SWT, satu hal yang tidak disadari agama lain,” katanya seperti disadur dari Arabnews.com.
“Ketika orang menyadari hal itu, insya Allah, sangat mudah untuk menerima Islam sebagai jalan hidup,” sambungnya ketika ditanya banyaknya musisi menjadi Muslim.
·        


Pada tanggal 1 Juni 2009 yang lalu, berkisar empat tahun yang lalu , seorang lelaki telah menggemparkan Amerika. Pada hari itulah, Abdul Hakeem Mujahid Muhammad, seorang mualaf yang baru masuk Islam, melepaskan tembakan kepada dua orang tentara Amerika yang tengah berada di luar kantor penerimaan tentara di Little Rock, Arkansas. Itu adalah serangan Jihadi pertama yang penuh berkah semenjak 11 September 2001.Kegemparan dan ketakutan serta perhatian serius Pemerintah Amerika, demikian juga segenap rakyat Amerika menunjukkan betapa berpengaruhnya dampak serangan tersebut. Amerika, selama beberapa tahun (semenjak 11 September 2001), relatif dalam keadaan aman. Mereka percaya, sebagaimana mereka melihat keterlibatan negara mereka dalam berbagai perang, bahwa konflik hanya akan terjadi di luar negeri. Abdul Hakeem Mujahid Muhammad menghancurkan perasaan aman tersebut dan menghujamkan rasa takut dan kekhawatiran kepada musuh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Amerika. Tetapi sesungguhnya yang membuat dampak yang sedemikian besar itu bukanlah apa yang Beliau lakukan terhadap sang kuffar, tetapi alasan yang melatarbelakanginya melakukan aksi penuh berkah itu.Mencoba memahami motif apa yang telah menuntunnya akan memberikan pelajaran berharga bagi Ummah, satu pelajaran yang tak mungkin dapat diabaikan.Abdul Hakeem Mujahid Muhammad awalnya pernah ditahan di Yaman setelah ia pergi ke sana untuk tugas belajar. Ia dilaporkan ke pihak keamanan Yaman karena memakai paspor palsu Somalia. Di sanalah taqdir ternyata mempertemukan Abdul Hakeem Mujahid Muhammad dengan lingkar-lingkar studi keislaman, di mana ia kemudian banyak belajar tentang dasar-dasar Islam dan Jihad di Jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atau seperti yang secara ‘cerdik’ dipropagandakan media, ia mengalami ‘radikalisasi’ pemikiran. Pada titik tersebut juga Abdul Hakeem Mujahid Muhammad mulai berada di bawah pengawasan dan penyelidikan Kesatuan Khusus Anti Teror FBI. Ia kemudian kembali ke Amerika, masih di dalam pengawasan ketat FBI. Tidak lama setelah kembalinya ke Amerika, ia mengalami berbagai peristiwa yang ia gambarkan sebagai “situasi yang penuh gejolak” dalam kehidupannya. Itulah saat-saat ketika Allah Rabbul Alamin mengukuhkan imannya dan memenuhi hatinya dengan izzah, hingga ia memiliki keberanian luar biasa untuk melaksanakan aksi penembakan dua tentara Amerika, membuat salah seorang terbunuh, dan seorang lagi terluka parah. Ia kemudian segera ditangkap.“Menurutku ini bukanlah pembunuhan. Pembunuhan adalah jika engkau menghilangkan nyawa seseorang tanpa alasan yang dapat dibenarkan. Apa yang aku lakukan memiliki alasan yang kuat berdasarkan pandangan Islam dan juga berdasarkan sisi kemanusiaan. Kalian semua tahu, angkatan bersenjata Amerika bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan ummat Islam tak berdosa, pria, wanita, anak-anak…. Dan kami meyakini bahwa semua itu harus dibalas. Kami tidak meyakini jika seseorang menampar pipi kirimu maka engkau harus beri pipi kananmu. Kami meyakini darah dengan darah, mata dengan mata… Aku tegaskan kembali, ini bukanlah karena masalah pribadi, karena aku tidak mengenal mereka (dua tentara itu) secara pribadi. Ya benar, ini adalah penyerangan, pembalasan. Dan saya meyakini, serangan yang lain, bukan dari aku atau orang-orang yang aku kenal, tetapi tepatnya oleh Kaum Muslim di negeri ini dan di tempat yang lain, akan diarahkan kepada Amerika atas apa yang Amerika lakukan terhadap dunia Islam”.
Pernyataan ini sendiri menggentarkan banyak orang melebihi aksi serangan yang ia lakukan. Keterbukaan dan kejujuran dari pernyataannya ini memberikan kepada Ummah satu pelajaran berharga, pelajaran yang telah lama dilupakan. Kenyataan saat ini, banyak ‘muslim’ memandang bahwa tentara Amerika, juga tentara negeri lainnya, adalah pribadi-pribadi malang yang terjebak dalam sistem yang memaksa mereka, dan mereka tidak dapat keluar. Berdasarkan pandangan tersebut, mereka mempropagandakan ide agar kita bersikap penuh welas asih,lemah lembut, dan penuh pengertian terhadap posisi dari para prajurit tersebut. Bahwa mendukung tentara Amerika bukan berarti mendukung kelakuan mereka, tetapi mendukung mereka sebagai pribadi manusia. Pandangan serta propaganda seperti ini tidaklah bernilai apa-apa kecuali sebagai sebuah tipuan setan. Amerika, dan hampir semua negeri-negeri barat/eropa, bukanlah negeri yang tengah benar-benar membutuhkan kampanye wajib militer atas warga negaranya. Artinya negara tidak membutuhkan Anda untuk ikut program wajib militer selama beberapa tahun dalam dinas ketentaraan. Jadi sebenarnya sang tentara itu sendiri yang dengan kemauan sendiri menandatangani kontrak kerja dengan militer dan ‘menjual jiwanya’ untuk menjadi budak negara Amerika Serikat. Mereka memahami seluruh kondisinya ketika mereka membuat pilihan masuk dalam kemiliteran itu, dan mereka melakukannya atas kehendak sendiri, secara sadar, tanpa paksaan.Maka menjadi jelas kedudukannya, bahkan bagi orang bodoh sekalipun, bahwa para tentara ini bukanlah jiwa-jiwa malang yang layak dikasihani, tetapi mereka ini adalah sekelompok orang yang digambarkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala lewat lisan nabiNya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Barangsiapa yang memusuhi para waliKu, maka Aku menyatakan peperangan terhadap mereka…”(HR Bukhari, Hadits Qudsi).
Abdul Hakeem Mujahid Muhammad telah mengajarkan kepada kita, bahwa bangsa-bangsa yang telah melancarkan permusuhan terhadap para wali Allah, pada Mujahidin, pada Ummat Islam, maka militer dan tentara mereka secara otomatis menjadi bagian tak terpisahkan dari permusuhan itu. Apa yang telah dilakukan oleh Abdul Hakeem Mujahid Muhammad seakan memaparkan kembali kepada kita semua satu kenyataan pahit hari ini, bahwa kita tidak sedang hidup dalam masa keemasan Khilafah Islam yang agung, tetapi kita tengah hidup pada masa fitnah, penindasan, penghinaan, dan kebengisan musuh. Kata-kata Abdul Hakeem Mujahid Muhammad seakan menggema menembus waktu dan terpatri kukuh dalam perjalanan sejarah, “…Kalian semua tahu, angkatan bersenjata Amerika bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan ummat Islam tak berdosa, pria, wanita, anak-anak…. Dan kami meyakini bahwa semua itu harus dibalas….”
Bukankah pembunuhan orang-orang tak berdosa Ummat kita ini adalah fitnah? Bukankah hari ini adalah hari-hari kelam bencana penindasan? Tidakkah jaman kita ini adalah jaman kekuasaan jabbarin anid, musuh yang bengis dan tak mengenal belas kasih? Tidakkah jaman kita ini jaman Jihad, di mana Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuka kesempatan bagi semua Muslim untuk terjun dan menyambut seruannya?
Diriwayatkan oleh Shahabat Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Subhanahu Wa Ta’alabersabda:
“Seorang muslim tidak akan dikumpulkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersama dengan orang kafir yang dibunuhnya di Neraka” (Shahih Muslim)
Dari penegasan hadits ini, jika seorang Muslim membunuh seorang kafir dengan niat karena AllahSubhanahu Wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala tak akan memperhinakan sang muslim tersebut dengan menyatukannya bersama orang kafir yang dibunuhnya. Dengan arti lain, seorang muslim yang membunuh seorang kafir fi sabilillah sekali-sekali tidak akan dicampakkan AllahSubhanahu Wa Ta’ala ke dalam Neraka, tetapi akan dimasukanNya ke dalam Surga.

AU-DEC Aceh (Tanggapan mengenai LSM DEC)

Monday, February 23, 2015




LANGSA - Aceh Darurat Aqidah! Hal ini disampaikan Ketua Fraksi Golkar, Aminuddin, dalam rapat penyampaian tanggapan fraksi di DPR Aceh, Sabtu 31 Januari 2015. Fraksi Partai Golkar di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh mengatakan Provinsi Aceh sedang memasuki fase darurat aqidah. Pernyataan Ketua Fraksi Golkar tersebut, merujuk pada kegiatan misionaris yang kian terdeteksi di Aceh.

Bahkan beberapa waktu yang lalu, Ketua MPU Aceh Utara, Tgk. H. Mustafa Achmad, akrab disapa Abu Paloh Gadeng juga memperkiraan keberadaan lembaga asing itu jelas untuk mengkristenisasi warga Aceh. 

Seperti salah satu lembaga asing bernama Asociacion Uruguaya De Educacion Catolica (AUDEC). Terhadap lembaga itu, kini sudah ada selebaran tentang AUDEC di tengah-tengah masyarakat supaya tidak masuk lembaga tersebut. Dalam selebaran itu berisikan kalau dilihat dari kepanjangannya AUDEC adalah sebuah organisasi yang berasal dari Uruguay yang bergerak di bidang Pendidikan Agama Kristen Katolik.

Sementara itu, Sekretaris organisasi Development Committe (DEC), Ambo yang ditemui langsung wartawan dirumahnya Lr. Utama Kota Langsa, Senin (2/1), mengatakan bahwa DEC merupakan organisasi dunia yang bergerak di bidang kemanusiaan antara lain bidang lingkungan, kesehatan, pendidikan, insfratruktur dan hukum yang tidak ada bergerak di bidang agama.

"Mengenai logo memang pada lambangnya, kalau kita liat sekilas identik dengan palang salib. Tapi sebenarnya garis tengah itu adalah lambang kemanusiaan, sedangkan yang seperti matahari adalah penjuru angin seluruh dunia. Kemudian garis pinggir adalah lambang kebersamaan," terangnya.

"Arti logo itu adalah kebersamaan melakukan kemanusiaan di seluruh dunia sesuai dengan AD/ART dan Akta Notaris," jelasnya lagi.

Sedangkan menyangkut dengan logo yang menjadi kontroversi, bahkan ada yang menyebutnya identik dengan palang salib mirip simbol agama Kristen, maka DEC wilayah Kota Langsa akan merubahnya setelah dana cair. 

Setiap anggota, kata Ambo, saat ini masih dikatakan sebagai sukarelawan karena belum ada dana. Kemungkinan bulan. Februari ini akan cair. Rata-rata honor anggota sebesar Rp 1,8-2 juta/orang nantinya.

"Untuk Kota Langsa, anggota sudah cukup. Setiap desa 43 orang, anggota tersebar di 66 desa jumlahnya sekitar 3710 orang," kata pria berkacamata ini menerangkan.

"DEC untuk Indonesia kantor pusatnya berada di Bandung, DEC sendiri didanai dari Negara Swiss," demikian Ambo Sekretaris DEC Kota Langsa.(lintasaceh.com)

Lhokseumawe – Menanggapi penundaan sementara yang dilakukan oleh aparat Gampong Hagu Barat Laut Kota Lhokseumawe terhadap rencana program yang akan dilakukan oleh LSW-DEC, dengan alasan untuk mengetahui latarbelakang dan tujuan dari LSW-DEC. mendapat tanggapan dari ketua ADEC Mahmudi yang ditemui jurnalatjeh.com Senin, 9 Pebruari 2015 pukul 21.00 Wib.
Mahmudi masih menganggap wajar kekhawatiran dari warga Hagu Barat laut Kota Lhokseumawe, dirinya malah mempersilahkan siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana organisasi ini di jalankan dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai program-program ADEC di seluruh Aceh nantinya.
Namun dirinya sangat menyayangkan tudingan yang tidak beralasan kepada AU-DEC sehingga menimbulkan persepsi negatif di tengah masyarakat dan kini berimbas juga kepada LSW-DEC “Tudingan terhadap lembaga AU-DEC (Aceh Utara Development Comitee ) sebagai lembaga pemurtadan dan kristenisasi di Aceh sangatlah prematur dan tidak berasalan sama sekali, karena tidak ada sangkaut pautnya sama sekali dengan lembaga AUDEC (Asociation Uruguaya De Educacion Catolica) yang berbasis di Negara Uruguai “ katanya sat diwawancarai di sekretariat LSW-DEC Jln Pase , Lr Keupula No. 46 A Keude Aceh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe .
Ditambahkan”Meskipun kami sudah klarifikasi di beberapa media massa, bahkan yang menyebarkan berita provokasi sudah membuat pernyataan maaf di media atas kesilapan dirinya menyebarkan berita fitnah tersebut, ternyata masih ada juga warga yang masih mencurigai, hal ini membuktikan bahwa berita fitnah dan stattement yang di keluarkan oleh seseorang tanpa konfirmasi langsung sangatlah merugikan, berita yang berisi fitnah akan lebih mudah diingat oleh masyarakat dari pada berita klarifikasi untuk meluruskan pemberitaan ” ungkapnya.
Akibat dari tudingan tidak berlasan tersebut sangatlah merugikan ADEC dan AU-DEC serta LSW-DEC serta DEC lainnya yang telah terbentuk seluruh Aceh, betapa tidak ada oknum-oknum tertentu yang mendatangi anggota AU-DEC yang berada dikabupaten Aceh Utara , dan meminta mereka untuk mengucapkan Kalimah Syahadat, ini sangat melukain perasaan orang lain, dan sebagai bentuk tudingan secara tidak langsung kepada anggota kami bahwa meragukan keislaman dari anggota kami yang nota bene adalah sebaga seorang i muslim dan warga Aceh” Katanya
“Jika memang demikian coba buktikan tudingan yang tidak beralasan tersebut, saya persilahkan untuk menunjukkan anggota AU-DEC yang sudah di kristenkan dan didangkalkan akidahnya oleh kegiatan AU-DEC di kabupaten Aceh Utara, bahkan di kabupaten lain juga boleh ” tantang Mahmudi
Pada akhir perbincangan dengan media ini dirinya meminta kepada anggota ADEC yang tersebar diseluruh kabupaten Kota di Aceh agar tidak terprovokasi dengan tudingan-tudingan yang dialamatkan ke AU-DEC, karena organisasi ini legal dan berbadan hukum, malah sudah tersebar diseluruh Indonesia, hanya di Kabupaten Aceh Utara saja mengalami hal yang kurang nyaman dan berimbas ke Lhokseumawe secara tidak langsung ” pungkasnya didampingi oleh Wakil Ketua LSW-DEC Andi dan Sekretaris Ivan serta Puluhan Anggota LSW-DEC lainnya(Jurnalatjeh.com)

mesjid yang tak pernah di hinggap burung (arsitektur yang luar biasa)

Friday, February 20, 2015

Pernahkah kita menyadari saat kita singgah beberapa masjid besar, pastinya kita banyak burung-burung yang hinggap dimesjid itu  yang seolah sudah menjadi empunya ruang halaman dalam dan luar masjid tersebut. Tapi beda dengan yang satu ini, sebuah masjid di pinggiran tebing Uskudar. Namanya Şemşi Paşa Camii, karena dibangun oleh Pasha tersebut. Namun di kalangan masyarakat dikenal dengan nama Kuşkonmaz Camii, artinya Masjid Burung tak Hinggap. Arsiteknya Mimar sinan. Arsitek legendaris Usmani yang telah dikenal luas kehebatannya.

Jika anda bersiar ke Uskudar, anda bisa mendapati masjid ini tidak jauh dari perhentian Marmaray. Jika anda berhelat disana, mungkin anda hanya akan melihat satu, dua atau tiga burung yang hinggap, kemudian berlalu.

Menurut cerita rakyat, pada masa itu, masa pemerintahan sultan Murat ke-3, di akhir tahun 1500-an, ada dua teman, ahli negara yang selalu dalam persaingan. Şemşi Paşa dan perdana Menteri saat itu Sokullu Mehmet Paşa. Paşa adalah gelar kebangsawanan tertinggi dalam tradisi Usmani yang diberikan oleh Sultan, semacam Tuan atau Datuk. Sang perdana menteri telah membangun sebuah madrasah. Suatu hari, dalam cengkerama mereka sang jenderal, Şemşi Pasha menyindir: “Bagus kamu bangun madrasah, tapi sayang habis dikotori burung”. Perdana menteri hanya menjawab: “Lumrah. Makhluk Allah, semua yang terbuka bisa ia kotori”.
Suatu hari, Şemşi Pasha ingin berwakaf, meninggalkan amal jariah yang akan terus mengalirkan pahala. Ia ingin membangun masjid, tapi teringat kata yang pernah ia ucap. Jangan sampai ludah terkena muka sendiri, ia pun berfikir mencari solusi. Ia mendatangi Mimar Sinan yang tersohor tersebut. Ia kemukakan niatnya dan ia sebutkan juga bahwa ia ingin membangun masjid yang tidak akan dikotori burung. Ada tidak tempat yang tidak disinggahi burung, tanyanya. Mimar sinan yang sudah tungkus lumus dalam dunia arsitek, memperhatikan banyak fenomena alam, atas dasar pengalamannya tersebut pun menjawab: Ada. Ia menunjuk sebuah tempat di tepian tebing kota kecil Uskudar. Menurutnya, tepian ini merupakan tempat pertembungan angin utara yang berhembus dari Laut hitam, dan angin selatan yang berhebus dari laut Marmara. Aliran arus selat Bosphorus pun bertumpu ke tebing ini. Getaran-getaran suara ini membuat burung tidak nyaman.
 
Şemşi Pasha pun memerintahkan untuk dibangunkan masjid di tempat tersebut ataş namanya. Masjid yang juga mempunyai madrasah dan pustaka ini dibuka pada tahun 1580 dan masih tetap dipakai hingga Hari INI.............

 

Blogroll

Most Reading