
Jika anda bersiar ke Uskudar, anda bisa mendapati masjid ini tidak jauh dari perhentian Marmaray. Jika anda berhelat disana, mungkin anda hanya akan melihat satu, dua atau tiga burung yang hinggap, kemudian berlalu.
Menurut cerita
rakyat, pada masa itu, masa pemerintahan sultan Murat ke-3, di akhir
tahun 1500-an, ada dua teman, ahli negara yang selalu dalam persaingan.
Şemşi Paşa dan perdana Menteri saat itu Sokullu Mehmet Paşa. Paşa adalah
gelar kebangsawanan tertinggi dalam tradisi Usmani yang diberikan oleh
Sultan, semacam Tuan atau Datuk. Sang perdana menteri telah membangun
sebuah madrasah. Suatu hari, dalam cengkerama mereka sang jenderal,
Şemşi Pasha menyindir: “Bagus kamu bangun madrasah, tapi sayang habis
dikotori burung”. Perdana menteri hanya menjawab: “Lumrah. Makhluk
Allah, semua yang terbuka bisa ia kotori”.
Suatu hari, Şemşi
Pasha ingin berwakaf, meninggalkan amal jariah yang akan terus
mengalirkan pahala. Ia ingin membangun masjid, tapi teringat kata yang
pernah ia ucap. Jangan sampai ludah terkena muka sendiri, ia pun
berfikir mencari solusi. Ia mendatangi Mimar Sinan yang tersohor
tersebut. Ia kemukakan niatnya dan ia sebutkan juga bahwa ia ingin
membangun masjid yang tidak akan dikotori burung. Ada tidak tempat yang
tidak disinggahi burung, tanyanya. Mimar sinan yang sudah tungkus lumus
dalam dunia arsitek, memperhatikan banyak fenomena alam, atas dasar
pengalamannya tersebut pun menjawab: Ada. Ia menunjuk sebuah tempat di
tepian tebing kota kecil Uskudar. Menurutnya, tepian ini merupakan
tempat pertembungan angin utara yang berhembus dari Laut hitam, dan
angin selatan yang berhebus dari laut Marmara. Aliran arus selat
Bosphorus pun bertumpu ke tebing ini. Getaran-getaran suara ini membuat
burung tidak nyaman.
Şemşi Pasha pun memerintahkan untuk
dibangunkan masjid di tempat tersebut ataş namanya. Masjid yang juga
mempunyai madrasah dan pustaka ini dibuka pada tahun 1580 dan masih
tetap dipakai hingga Hari INI.............
No comments:
Post a Comment